Oleh Taufik Dedi Hidayat (Syabab HTI Chapter Hamfara)
Sistem Moneter Kapitalis adalah Sistem Moneter Ribawi
Dalam sistem ekonomi Kapitalis, seperti yang kita ketahui bersama, riba atau suku bunga (interest) layaknya sudah menjadi nyawa yang tidak dapat dilepaskan begitu saja dari tubuhnya. Riba sudah sedemikian menyatu dalam sistem ekonomi Kapitalis.
Para pakar ekonomi Kapitalis zaman klasiklah yang telah memberi landasan pada sistem ekonomi Kapitalis modern sekarang ini mengenai keberadaan suku bunga/riba. Adam Smith dan david Ricardo, misalnya dalam teorinya menganggap bahwa bunga/riba itu seperti ganti rugi yang diberikan oleh si peminjam kepada pemilik uang atas keuntungan yang mungkin diperolehnya dari pemakaian uang tersebut. Dengan demikian, bunga uang/riba itu adalah hadiah atau balas jasa yang diberikan kepada seseorang karena dia telah bersedia menunda pemenuhan kebutuhannya dengan meminjamkan uangnya tersebut.
Sedangkan menurut Marshall, bunga uang dilihat dari hukum penawaran merupakan salah satu bentuk balas jasa terhadap pengorbanan bagi kesediaan seseorang untuk menyimpan sebagian pendapatannya ataupun jerih-payahnya dengan melakukan penungguan karena uangnya dipinjamkan (Principle of Economic, kar. Marshall, hal 534). Lebih lanjut Marshall menambahkan bahwa besarnya tingkat suku bunga/riba terletak pada titik potong antara grafik permintaan dan persediaan jumlah tabungan. Artinya apabila jumlah tabungan amat banyak sementara permintaan merosot tentu saja akan menurunkan tingkat suku bunga. Sebaliknya jika tingkat permintaan tinggi sedangkan jumlah tabungan sedikit akan mengatrol tingkat suku bunga.
Pendapat-pendapat semacam ini, oleh sebagian pakar ekonomi Kapitalis sendiri telah dibantah, dan pada intinya dijelaskan sebagai berikut:
1. Teori bunga di atas oleh Keynes dikritik habis. Ia mengungkapkan bahwa bunga bukanlah hadiah atas kesediaan orang untuk menyimpan uangnya. Sebab setiap orang bisa saja menabung tanpa meminjamkan uangnya untuk memperoleh bunga uang, sementara yang dipahami dalam kapitalis bahwasanya setiap orang dapat memperoleh bunga dengan meminjamkan lagi uang tabungannya itu. Keynes menyimpulkan bahwa suku bunga itu hanyalah pengaruh angan-angan manusia saja (highly conventional), dan setiap suku bunga uang terpaksa diterima oleh masyarakat, yang dalam pandangan orang kebanyakan terlihat menyenangkan.
2. Dalam situasi resesi ekonomi atau pada saat terjadi economic boom fenomena bertambahnya penanaman modal dalam jumlah yang sama dengan tabungan masyarakat (karena tingkat suku bunga yang tinggi), adalah anggapan yang salah dan keliru. Sebagaimana yang kita rasakan pada saat resesi, meski bunga bank digenjot habis setinggi-tingginya dan berhasil mengumpulkan dana masyarakat puluhan triliun rupiah, tetap saja usaha dan penanaman modal dalam sektor ekonomi riil lumpuh, karena itu artiya suku bunga untuk kreditpun tinggi, dan ini menyulitkan peminjam kecil.
3. Dilihat secara umum seseorang yang menambah jumlah tabungan atau depositonya –menurut Keynes—pada dasarnya akan mengurangi jumlah tabungan orang lain. Pengalaman selama Perang Dunia ke-II di AS saja terbukti bahwa pertumbuhan tabungan masyarakat justru lebih tinggi dengan bunga rendah (1%), dibandingkan dengan sebelumnya yang tingkat bunganya lebih tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah tabungan tidak ditentukan oleh besarnya tingkat suku bunga, akan tetapi ditentukan oleh tingkat penanaman modal (aktifitas ekonomi riil). Begitu pula kita dapat melihat fenomena antara negara-negara industri (yang tingkat suku bunganya rendah) dan jumlah tabungan masyarakatnya besar dengan negara-negara miskin yang memiliki tingkat suku bunga amat tinggi, akan tetapi jumlah tabungannya tetap rendah.
Dampak diterapkannya Suku bunga/Riba Bagi Sendi Perekonomian
1.Berpengaruh pada pemerataan ekonomi.
a.Pinjaman perbankan dengan suku bunga memerlukan kepastian pengembalian.
b.Akibatnya kredit perbankan hanya diberikan kepada peminjam yang memiliki akses
ekonomi yang cukup mapan, atau punya jaminan kredit, dan pastinya itu adalah
golongan kaya saja.
C.Golongan miskin tidak pernah memperoleh bagian pinjaman kredit perbankan.
2.Berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi
a.Kemudahan kredit akan meningkatkan konsumsi masyarakat.
b.Tingginya konsumsi akan mengurangi tabungan masyarakat.
c.Rendahnya tabungan masyarakat akan meningkatkan suku bunga (agar tabungan kembali
masuk ke perbankan).
d.Disisi lain dampaknya Peningkatan suku bunga akan menurunkan investasi disektor
riil, hal itu dikarenakan suku bunga kredit untuk pembiayaan produktif juga
naik(makin mahal) maka semakin sedikit pengusaha yang memperluas bisnis
produktifnya, karena terlalu beresiko.
e.Rendahnya investasi akan menurunkan pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja.
3.Berpengaruh pada ketidakstabilan ekonomi
a.Suku bunga sering mengalami perubahan (volatilitynya tinggi).
b.Tingginya volatility akan menyebabkan tingginya ketidakpastian (uncertainty)
dalam financial market.
c.Inverstor tidak berani melakukan investasi jangka panjang, akan memilih jangka
pendek.
d.Investasi jangka pendek akan mencari keuntungan (capital gain) pada pasar saham,
forex dan keuangan yang bersifat spekulatif.
e.Akibatnya, “investasi” di pasar semu(non riil) tersebut lebih menarik dibanding
di pasar sektor riil.
Penggunaan Uang kertas dalam Sistem Moneter Kapitalis adalah Penyebab Utama Krisis Salah satu penyebab utama krisis ekonomi berasal dari sektor moneter/keuangan yang menggunaan uang kertas. Hal itu bisa dimengerti karena jika dilihat dari sifatnya, uang kertas ini memiliki banyak sekali kelemahan, antaralain:
a.Volatilitasnya sangat tinggi, hal ini menimbulkan uncertainty(ketidak pastian sikon) dan selanjutnya meningkatkan additional cost(biaya tambahan karena kurs terdepresiasi/turun nilainya) dalam perdagangan.
Sebuah riset yang mempelajari volatilitas mata uang G-3 (AS, Jepang, dan Jerman) menjelaskan: kenaikan 1 % dari nilai tukar mata uang ini menurunkan sekitar 2 % nilai ekspor riil negara-negara berkembang (Esquivel and Larrain, 2002).
b.Mudah menimbulkan inflasi
Dengan volatilitas yang tinggi tadi, ini mengakibatkan perubahan nilai uangpun cepat merosot, dan ini secara langsung jadi penyebab utama inflasi dinegara miskin berkembang, karena untuk membayar komoditas tertentu, terpaksa mereka bayar lebih, dan ini mengakibatkan pemerintahannya menambah jumlah uang beredar tuk menstabilkan nilai uang yang merosot tadi, nah disinilah pangkal inflasinya.
c. Memunculkan seignorage dan ketidakadilan:
Sebagai contoh biaya produksi satu dolar uang kertas, sama dengan empat sen dolar. Dengan anggapan satu dolar senilai Rp 10,000, maka nilai empat sen dolar kira-kira Rp 400.00.
Sementara di belahan dunia lain ada 2.8 milyar jiwa yang hidupnya bersusah payah hanya untuk mendapatkan dua dolar sehari dan bahkan 1.2 milyar jiwa yang kerja kerasnya hanya dihargai satu dolar sehari (Wolfensohn, 2004).
d. Memunculkan penjajahan ekonomi melalui hutang LN
John Perkins dalam bukunya Confessions of an Economic Hit Man (2006): isinya membuka rahasia pemerintah Amerika Syarikat yang berani membayar tinggi kepada orang-orang seperti dia untuk membuat negara-negara kaya sumber alam agar mengajukan hutang luar negeri sebayak-banyaknya kepada negara AS sampai negara itu tidak mungkin lagi dapat membayar hutangnya, kecuali dengan menguras seluruh sumber alam yang dimilikinya.
Lengkapnya silahkan download disini: Download
04 Maret 2011
Sistem Moneter Islam Jawaban Atas Kerusakan Sistem Moneter Kapitalis
Posted by cah_hamfara
14.29, under Artikel | No comments
0 komentar:
Posting Komentar