Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

29 Juli 2009

Bola Liar Bom Marriot-Calton

Posted by cah_hamfara 07.39, under | No comments


Oleh: Farid Wadji, SIP
Syabab.Com - Jakarta kembali digunjang bom. Jumat 17 Juli 2009 sekitar jam 7 pagi telah terjadi ledakan bom di Hotel JW. Marriot dan Ritz Carlton, Jakarta. Ledakan dahsyat di kedua hotel itu diberitakan telah mengakibatkan 9 orang meninggal dunia dan lebih dari 50 orang luka-luka. Seperti biasa pers Barat segera menuding Jama’ah Islamiyah (JI) dibalik bom Marriot dan Carlton. Situs The Australian, Jumat (17/7) menuding dengan Headline “Jakarta hotel blasts kill seven, bear mark of Jemaah Islamiah”. ABC News mengkaitkan dengan al Qaida.

Analisis yang diklaim sebagai pakar yang selama ini dikenal miring terhadap kelompok Islam seperti Rohan Gunaratna Direktur International Center for Political Violence and Terrorism Research (ICPVTR) di Nanyang Technological University Singapura langsung menuduh kelompok Islam. Menurut Gunaratna, pengeboman di Indonesia tidak akan berhenti sampai “pemimpin spiritual” JI, Abu Bakar Ba’asyir ditangkap dan dipenjara. Tudingan yang sama disuarakan Sidney Jones dari ICG.

Beberapa ormas , partai dan gerakan Islam sendiri telah mewanti-wanti agar tidak buru-buru menuding tanpa bukti. Apalagi mengkaitkan dengan Islam. Beberapa diantaranya menyatakan ketidaksetujuannya. Hizbut Tahrir Indonesia dalam presrilisnya menyatakan mengutuk pelaku peledakan bom itu sebagai tindakan dzalim luar biasa. Syariat Islam dengan tegas melarang siapapun dengan motif apapun membunuh orang tanpa haq, merusak milik pribadi dan fasilitas milik umum.

Isu bom selalu diikuti oleh bola liar yang nyata-nyata tidak ada hubungan sama sekali. Seperti pengkaitan terorisme dengan perjuangan syariah dan khilafah dengan menganggapnya sebagai ideologi kekerasan.Semata-mata karena yang dituduh sebagai pelaku pemboman juga mencita-citakan hal yang sama. Untuk menimbulkan opini ummat Islam yang memperjuangkan syariah dan khilafah adalah teroris.

Padahal perjuangan syariah Islam dan Khilafah seperti yang dicontohkan oleh Rosulullah saw bukanlah dengan jalan kekerasaan. Hizbut Tahrir sendiri konsisten dengan jalan (thoriqoh) ini. Sebab,tegaknya syariah Islam dan Khilafah haruslah didasarkan kepada kesadaran masyarakat dan dukungan ahlul quwwah (yang memiliki kekuatan politik). Tindakan bom tentu tidak ada hubungan dengan dua hal itu.

Syariah Islam sendiri diturunkan Allah SWT sebagai rahmatan lil ‘alamin. Karena itu siapapun yang melaksanakan syariah Islam pastilah akan memberikan kebaikan pada manusia bukan hanya muslim tapi juga non muslim.

Isu terorisme juga digunakan untuk mendistorsi makna jihad dalam pengertian perang. Seakan-akan jihad adalah kejahatan. Padahal sangat jelas dalam Islam, secara syar’i jihad adalah perang dijalan Allah SWT untuk meninggikan kalimah-Nya. Jihad bukanlah kejahatan tapi kewajiban yang mulia. Tentu amal jihad harus mengikuti syarat, rukun, serta ketentuan-ketentuan syariah . Jihad antara lain dilakukan dalam rangka mempertahankan diri dari serangan musuh-musuh Islam yang membunuh kaum muslim.

Karena itu apa yang dilakukan oleh para mujahidin di Afghanistan, Irak, Palestina untuk mengusir dan membunuh tentara-tentara musuh bukanlah tindakan terorisme atau aksi bunuh diri. Tapi kewajiban mulia untuk mengusir penjajah. Adalah sikap sebagai tertuduh yang lemah dan lancang terhadap syariah Allah SWT kalau ada yang mendistorsi makna jihad hanya dari segi bahasa dalam pengertian bersungguh-sungguh.

Menghilangkan jihad dalam makna syar’inya yaitu perang adalah upaya penjajah untuk mematikan semangat perlawanan kaum muslimin di seluruh dunia. Karena negara-negara imperialis tahu persis selama kewajiban jihad masih dilakukan oleh kaum muslim, mereka akan mengalami kesulitan untuk melakukan penjajahan. Seperti yang mereka alami di Afghanistan, Irak dan Palestina.

Bola liar lain adalah menggelindingkan isu Islam moderat . Isu-isu yang hanya menguntungkan pihak musuh. Meskipun awalnya dikaitkan dengan isu terorisme, moderat yang mereka maksud adalah sikap menerima perlakuan penjajah dengan mendistorsi makna jihad dalam pengertian perang. Moderat juga sikap terbuka terhadap nilai-nilai Barat padahal bertentangan dengan Islam seperti liberalisme, sekulerisme, dan pluralism.

Moderat juga berarti rela berhubungan dengan negara-negara imperalis meskipun telah merampok kekayaan alam dan umat Islam dengan alasan sikap insklusif (terbuka). Termasuk dengan keji mengubah dalil-dalil qot’I di dalam Al Qur’an dengan membangun opini bahwa ciri-ciri Islam moderat adalah siap untuk mengubah ayat-ayat Al Qur’an sesuai dengan pradigma nilai kufur seperti sekulerisme dan liberalisme.

Yang jangan dilupakan selama ini tindakan yang diklaim terorisme masih diliputi oleh misteri. Serangan WTC yang dijadikan Bush alasan Perang Melawan Terorisme hingga saat ini masih dipertanyakan siapa sebenarnya pelakunya. CIA dan badan intelijen lainnya telah diketahui umum terlibat dalam berbagai konspirasi melakukan interfensi untuk menghancurkan sebuah negara seperti di Iran, Honduras, dan Irak. Dokumen keterlibatan CIA dalam berbagai insiden politik di Indonesia seperti peristiwa September tahun 1965 juga telah banyak terungkap.

Artinya adalah sangat memungkinkan berbagai terror bom di Indonesia ditunggangi oleh kepentingan negara Imperialis. Tentu saja itu bisa dilakukan secara langsung ataupun tidak. Apalagi kalau dilihat dari siapa yang paling diuntungkan dalam ledakan bom ini, jelas adalah Amerika Serikat dan sekutunya. Ledakan bom yang terjadi di Indonesia justru dijadikan AS dan sekutunya sebagai alat untuk mengintervensi atas nama kerjasama perang melawan terorisme. [opini/syabab.com]

Ribuan Orang Hadiri Konferensi Khilafah di London, Sampaikan Pesan Islam untuk Dunia

Posted by cah_hamfara 07.34, under | No comments


Syabab.Com - Ribuan orang menghadiri Konferensi Nasional Hizbut Tahrir Inggris, "Perjuangan untuk Islam dan Seruan untuk Khilafah", di London, Ahad, 26/07/09. Di tengah-tengah kampanye barat untuk mencegah seruan penerapan syariah dan khilafah, kaum Muslim di Inggris berbicara untuk menyampaikan pesan-pesan kepada dunia, baik Muslim maupun non-Muslim. Mereka juga menawarkan solusi Islam dalam segala aspek kehidupan yang diterapkan oleh Khilafah sebagai alternatif kapitalisme yang kini telah gagal.

Konferensi dibuka oleh Dr. Abdul Wahid, Ketua Komite Eksekutif Hizbut Tahrir Inggris, yang berbicara tentang peningkatan propaganda anti-Islam di Barat dan dunia. Menurutnya, dengan penggunaan isu terorisme dan ekstrimisme pemerintah Barat telah memulai sebuah kampanye untuk mencegah dunia Muslim mendirikan pemerintah Islam, yakni Khilafah, yang akan membebaskan dunia Muslim dari teror dan hegemoni Barat. Seriap hari, umat Islam terkena penghinaan dan serangan di media dalam masalah aqidah, hijab, syariah dan Khilafah.

Dia berpendapat bahwa pada saat kritis ini, kaum Muslim perlu memegang pada nilai-nilai Islam hidup di Barat, dan menolak segala upaya reformasi Islam, serta mendukung seruan penegakkan Khilafah Islamiyyah di dunia Muslim, untuk mengakhiri dekade penindasan, kolonialisasi dan jajahan ini.

Dr. Abdul WahidSerangkaian presentasi kemudian diberikan, bagaimana Islam memberikan sistem alternatif bagi kapitalisme yang sekarang tengah rusak di dunia Muslim. Sajjad Khan menjabarkan mengenai bagaimana sistem pemerintahan dalam Islam yang benar-benar merupakan sistem yang akuntabel. Sistem tersebut tidak dapat dimanipulasi oleh lobi-lobi kekayaan dan kekuasaan seperti yang terlihat dalam sistem demokrasi barat.Taji Mustafa menyampaikan pesan bagi para pemuda Muslim agar bangkit dan berpegang pada Islam. Tampil juga, perwakilan dari Hizbut Tahrir Belanda, Okay Pala, yang menyampaikan pesan Islam dari negeri Belanda.

Berlawanan dengan Presiden Sarkozy yang telah menyerang perempuan yang memakai niqab dan kesyahidan Muslimah Marwa Sheerbani yang ditembak di Jerman, Dr. Nazreen Nawaz memberi gambaran kuat bagaimana Islam memberikan hak-hak perempuan, tanggung jawab dan kehormatan. Sementara alasan barat pada kebebasan wanita tidak lebih hanya tirai asap untuk menundukkan wanita terhadap keinginan laki-laki dan "pasar".

Sementara itu, Jamal Harwood, seorang pakar Islam di bidang ekonomi dan editor sebuah laporan yang berjudul "Krisis Keuangan Global dan Alternatif Islam", memberikan solusi pada sejumlah persoalan ekonomi yang melanda dunia Muslim termasuk kemiskinan, bebas bunga bank, industrialisasi dan peran serta masyarakat dan swasta dalam sistem ekonomi Islam.

Soal dunia Islam, para peserta konferensi diingatkan oleh Syeikh Issam Ameerah dari Al-Quds, bahwa tanpa kepRibuan Muslim London padati aula Konferensi Khilafahemimpinan yang kuat, yakni Khilafah, tanah Palestina tidak bisa dibebaskan. Sedangkan, Atif Salahuddin menjelaskan bahwa akar penyebab terorisme di Pakistan adalah keberadaan Amerika Serikat di wilayah itu. Selama Karzai dan Zardari melanjutkan perbudakan mereka untuk tujuan-tujuan AS di wilayah kedua negara itu maka akan terjadi terus kekacauan dan ketidakstabilan.

Seruan Khilafah Meningkat, Barat Gelisah

Berkembangnya seruan untuk Khilafah di dunia Muslim telah menyebabkan meningkatnya kegelisahan di kota-kota Barat. Untuk menggagalkan seruan ini, Barat mendukung para penguasa boneka untuk melakukan semua hal dalam menghentikan pekerjaan politik Hizbut Tahrir. Namun, seperti yang diungkapkan dalam situs mereka, walaupun berbagai penyiksaan dan teror kepada para anggota Hizbut Tahrir, usaha hizb terus tumbuh dan seruan untuk Khilafah itu kini diemban oleh jutaan umat Muslim di seluruh dunia.

Konferensi ini juga menyoroti bagaimana cara mendirikan kembali Khilafah yang didasarkan pada kehidupan Nabi Muhammad Saw., yang sangat jelas bersifat intelektual dan politis, tanpa menggunakan kekerasan utuk membawa perubahan. Hizbut Tahrir, melanjutkan metode ini, selama lebih dari 50 tahun menyeru kaum Muslim di seluruh dunia menuju jalan perubahan.

Di akhir konferensi, disimpulkan, peran penting masyarakat Muslim di Barat untuk berjuang pada metode Rasulullah tersebut dan mendukung seruan penegakkan Khilafah di dunia Muslim serta membawa pesan Islam yang lebih luas kepada masyarakat non-Muslim. Beberapa media interasional ikut serta dalam konferensi ini. Bahkan, konferensi ini disiarkan secara langsung ke seluruh penjuru dunia.

Konferensi Khilafah di London ini merupakan bagian dari serangkaian Konferensi yang digelar oleh Hizbut Tahrir, mulai dari Libanon, Kuwait, Gaza, Sudan, Tanzania, Turki, Pakistan, Bangladesh, Amerika Serikat dan Australia. Termasuk mu'tamar ulama di Indonesia yang telah mengumpulkan ribuan ulama terkemuka, baik nasional maupun mancanegara untuk mendukung pembentukan kembali Khilafah yang diserukan oleh Amir Hizbut Tahrir, Syeikh Ata Abu Rusytah. Beberapa konferensi khilafah lainnya menyusul, seperti di Birmingham, Inggris dan juga di Kanada. [z/mh/f/htb/syabab.com]
www.syabab.com

27 Juli 2009

7.000 Ulama Dukung Syariah dan Khilafah...!!!

Posted by cah_hamfara 22.13, under | No comments


Jakarta—Sekitar 7.000 ulama dari berbagai pelosok Indonesia mendukung upaya penegakan dan syariah. Dukungan itu disampaikan dalam Muktamar Ulama Nasional yang diselenggarakan oleh Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) di Istora Gelora Bung Karno, Jakarta (21/7).

Gema takbir membahana begitu perwakilan para ulama yang mewakili beberapa daerah menorehkan tanda tangannya di sebuah piagam yang ditulis dalam empat bahasa (Indonesia, Inggris, Arab, dan Turki). Piagam itu berisikan tekad para ulama untuk memperjuangkan kembali tegaknya syariah dan khilafah sebagai kewajiban bagi setiap Muslim. Dalam rangka itu para ulama akan berusaha mendekati para pemilik kekuatan di negeri-negeri Muslim memberikan dukungan (nushrah) kepada para pejuang penegak Khilafah.

Amir Hizbut Tahrir al-‘Alim Atha’ Abu Rasytah dalam sambutan pembukanya melalui audio mengatakan ulama adalah pewaris para nabi sehingga masa depan apa yang ditinggalkan oleh Nabi SAW tergantung pada ulama.

Syeikh Atha’ mengingatkan kembali, kejayaan Islam di masa Khilafah merupakan fakta yang tidak bisa dibantah. Sementara kondisi kaum Muslim saat ini terpuruk, tertinggal di segala bidang, dan kehilangan kemuliaan. “Sesungguhnya tegaknya Khilafah bukan sekadar persoalan utama yang hanya menjamin kemuliaan kaum Muslim dan rahasia kekuatannya saja. Tetapi ia juga merupakan yang pertama dan terakhir dari berbagai kewajiban yang lain.”

Menurutnya, sebagai kewajiban utama tentu siapa saja yang menunaikannya akan mendapatkan pahala yang amat besar dan bisa meraih kedudukan mulia. Karenanya, Syeikh Atha’ menyeru: “Sungguh, kami sangat ingin saudara semuanya ikut berpartisipasi bersama kami untuk meraih kemuliaan yang agung ini, dengan berjuang untuk menegakkan Khilafah,” tandasnya.

Ia berharap muktamar ini menjadi fajar Khilafah sehingga seluruh dunia diterangi oleh kemuliaan dan kekuatan kaum Muslim. Umat Islam juga kembali lagi menjadi umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia. ”Dan negara mereka menjadi negara nomor satu lagi di dunia, yang membawa kebaikan dan berkah, hukum dan keadilan, industri dan ilmu pengetahuan, serta stabilitas dan keamanan,” katanya.

Beberapa ulama dari luar negeri ikut andil menyampaikan pandangannya dalam muktamar ini. Mereka berasal dari Sudan, Yaman, Palestina, Syam, Lebanon, Pakistan, India, Bangladesh, Asia Tengah, Turkistan Timur, dan Turkin. Mereka mengungkap kondisi negeri mereka dan solusi untuk mengatasi persoalan tersebut. Mereka menyatakan tidak ada lain solusi kecuali kembali kepada syariah Islam dalam naungan Daulah Khilafah Islamiyah. Mereka menyerukan persatuan umat dan langkah bersama mewujudkan tegaknya kembali Khilafah.

Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia M Ismail Yusanto mengatakan perkara utama umat Islam sekarang adalah tegaknya Khilafah, yang akan menyatukan kaum Muslim dalam satu negara di bawah bendera Khalifah yang satu. Yang akan menerapkan hukum-hukum Allah di dalam negeri, dan yang akan mengemban risalah Islam ke seluruh dunia; agar dunia keluar dari kegelapan menuju cahaya yang terang benerang. “Perkara utama ini harus dijadikan perkara yang taruhan untuk mewujudkannya adalah hidup dan mati,” tandasnya.

Menurutnya, yang membuat berbagai umat mengalami perbedaan satu sama lain adalah akidah dan pemikirannya tentang kehidupan. Karenanya, umat harus menentukan UUD-nya, peraturan, metode, dan tujuan hidupnya. Sementara pemikiran-pemikiran ini, di sisi umat yang manapun terwujud pada para ulamanya, pemikirnya, intelektualnya, dan hakimnya.

“Karena itu, umat Islam harus mewujudkan hal itu pertama kali pada ahli fiqihnya dan para ulamanya yang sesungguhnya. Mereka adalah para mujtahid umat dan pemikir umat. Mereka adalah para ulama yang mengerti hukum dan sistem yang disyariatkan Allah. Mereka adalah para ulama Islam yang akan menentukan metode dan tujuan hidup,” jelasnya.

Ia kemudian mengingatkan kembali peran ulama sebagai pewaris para nabi. Ia mengajak para ulama melakukan aktivitas yang serius dan sungguh-sungguh untuk menegakkan Khilafah. ”Mari bekerja sama dengan kami dalam mewujudkan perkara yang besar ini,” ajaknya. (MJ)
sumber www.eramuslim.com

18 Juli 2009

Hizbut Tahrir Indonesia Kecam Pelaku Peledakan Bom JW Marriot dan Ritz Carlton

Posted by cah_hamfara 07.27, under | No comments

Sebagaimana telah diberitakan secara meluas bahwa pada Jumat 17 Juli 2009 sekitar jam 7 pagi telah terjadi ledakan bom di Hotel JW. Marriot dan Ritz Carlton, Jakarta. Ledakan dahsyat di kedua hotel itu diberitakan telah mengakibatkan 9 orang meninggal dunia dan lebih dari 50 orang luka-luka. Berkenaan dengan hal itu, Hizbut Tahrir Indonesia menyatakan:

1. Mengutuk pelaku peledakan bom itu sebagai tindakan dzalim luar biasa. Syariat Islam dengan tegas melarang siapapun dengan motif apapun membunuh orang tanpa haq, merusak milik pribadi dan fasilitas milik umum, apalagi bila tindakan itu menimbulkan korban dan ketakutan yang meluas.

2. Menyerukan kepada semua pihak, khususnya kepolisian dan media massa, untuk bersikap hati-hati menanggapi spekulasi yang mengaitkan bom JW Marriot dan Ritz Carlton ini dengan kelompok, gerakan atau organisasi Islam. Dari sekian kemungkinan, bisa saja peledakan bom itu sengaja dilakukan oleh orang atau kelompok tertentu untuk mengacaukan situasi keamanan di masyarakat dan negara ini demi kepentingan politik mereka sambil mendiskreditkan organisasi Islam dan melakukan rekayasa sistematis serta provokasi keji untuk terus menyudutkan Indonesia sebagai sarang terorisme.

3. Meminta kepada pihak kepolisian untuk segera menangkap pelaku peledakan dan mengungkap motif dibalik tindakan itu. Hanya dengan cara ini saja segala macam spekulasi yang bisa menimbulkan keresahan di tengah masyarakat bisa dihentikan.

Jakarta, 17 Juli 2009/24 Rajab 1409 H
Jurubicara Hizbut Tahrir Indonesia



Muhammad Ismail Yusanto
Hp: 0811119796 Email: Ismaily@telkom.net

15 Juli 2009

‘Perang Salib’ Cina terhadap Muslim di Xinjiang

Posted by cah_hamfara 05.33, under | No comments


Dalam perkembangan terakhir di Xinjiang lebih 150 warga tewas dan 1434 dipenjara, artikel ini akan mengupas bagaimana Islam memasuki Cina dan penindasan terhadap muslim oleh rezim pemerintahan Cina. Artikel ini merupakan kompilasi dari publikasi sebelumnya di majalah Khilafah di bulan Maret 1997.
Sejarah Muslim
Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan menjadi rahmat bagi seluruh alam [Al-Anbiyaa, 21:107]

Risalah yang diemban Nabi Muhammad akan mendominasi dunia. Sesuai dengan visi ini para Sahabah yang meneruskan garis perjuangan Nabi berupaya untuk memperluas tapal batas wilayah Negara Islam semakin jauh ke depan. Dengan pandangan untuk mencapai tujuan yang mulia untuk menaungi dunia dengan risalah yang suci, Khalifah Uthman ibn Affan memulai kontak dengan Cina. Setelah menundukkan Romawi dan Persia, Khalifah Uthman bin Affan mengirim delegasi yang dipimpinm Sa’ad ibn Abi Waqqas ra (paman Nabi Saaw) ke Cina pada tahun 29 H (651 M). Misi delegasi ini adalah mengundang kaisar Cina untuk memeluk Islam.

Masjid pertama di Cina dan Pendatang Muslim

Delegasi muslim lalu membangun Masjid di kota Kanton. Masjid ini dikenal hingga hari ini sebagai ‘Masjid Memorial’. Ada beberapa laporang yang mengatakan bahwa Sa’ad juga dikubur di Cina. Selama bertahun-tahun aktifitas perdagangan di Cina, membawa pendatang muslim yang berprofesi sebagai pedagang dan pelaut. Daerah dimana para pendatang muslim tersebut bermukin dikenal sebagai pelabuhan Chen Aan pada masa Dinasti Tang.

Dari sini mulai tumbuh benih kebencian terhadap muslim di Cina. Akan tetapi keberadaan Khilafah, memelihara berkobarnya semangat jihad di antara umat. Maka tidak ada satupun penindasan yang dibiarkan begitu saja kecuali dengan jihad fii sabilillah. Salah satu perang yang berkobar di perbatasan Cina terjadi di tahun 1334H, dimana Ziyad memimpin pasukan jihad. Meski berjumlah lebih sedikit, dengan bantuan Allah SWT, pasukan muslim berhasil menggempur Cina dengan telak. Setelah itu, Muslim pun dihormati sebagai kekuatan yang diperhitungkan hingga mampu mengontrol sebagian besar Asia Tengah. Di tahun 138H, Khalifah Mansur juga mengirim ke sana tidak kurang dari 4000 pasukan muslim bersenjata lengkap sebagai simbol kekuatan adidaya.

Mutiara Rahmat

Kemenangan demi kemenangan ini membuka pintu Cina bagi muslim untuk menyebarkan keindahan dan kebenaran Islam. Dengan demikian kemenangan itu pun terkonsolidasi dengan mengikut metoda Islam. Muslim yang berpindah dan bermukim di Cina juga menikahi gadis Cina. Pendatang muslim generasi awal ini pun juga mendirikan mesjid, sekolah, dan madrasah. Di perkotaan, para ulama mendominasi. Madrasah menjadi tempat menimba ilmu bagi banyak pelajar. Pelajar pun datang dari berbagai wilayah termasuk Rusia dan India, sehingga benar-benar menjadi arti harfiah dari ungkapan ‘Belajarlah hingga ke Cina.” Di tahun 1790an, menurut tradisi, ada sekitar 30 ribu pelajar muslim. Kota Bukhara yang saat itu masih merupakan bagian dari Cina, menjadi terkenal dengan julukan sebagai ‘Pilar Islam.’ Di kota inilah, Imam Bukhari lahir dan dikenal sebagai ahli hadits atau Muhaditsiin.

Jihad menghadapi Ancaman

Pendatang muslim generasi awal di Cina mengalami berbagai kesulitan dan penindasan. Pemerintah Dinasti Manchu (1644-1911) adalah rezim terburuk dan terbrutal yang pernah mempersulit kehidupan umat Islam. Tidak kurang dari 5 kali peperangan dikobarkan Dinasti Manchu terhadap muslim

(1) Perang Lanchu 1820-28
(2) Perang Che Kanio 1830
(3) Perang Sinkiang 1847
(4) Perang Yunan 1857
(5) Perang Shansi 1861

Masa ini adalah masa kebencian Manchu terhadap Islam dan Muslim. Pada zamannya, Muslim dibantai dan Masjid diratakan dengan tanah. Saat itu kaum muslimin masih dipimpin oleh umat yang tidak diam begitu saja tapi mengobarkan jihad terhadap ancaman brutal seperti itu. Salah satu komandan militer umat Islam Yaqoob Beg (1820-77) membebaskan Turkestan dan memerintah dengan aturan Islam di sana. Khalifah yang berkuasa masa itu juga mengakui perjuangan Beg sebagai perjuangan Islam dan gembira dengan berita kemenangannya. Di masa kekuasaannya Beg juga berhasil menghapus tindak kejahatan kekerasan.

Pejabat Rusia dan Inggris sangat khawatir terhadap naik daunnya kekuatan Islam dan mengatakan bahwa kekuatan Islam yang muncul di Asia Tengah, meliputi propinsi-propinsi Yunan, Szechawan, Shensi dan Kansu. Salah satu pejabat Inggris berkata,” Di hadapan kita saat ini ditengah-tengah wilayah yang jauh dari mana-mana nampak tanda-tanda akan adanya kebangkitan besar umat Islam.”

Permusuhan Cina terhadap Islam

Sejak Komunis menguasai wilayah muslim Turkistan Timur (yang oleh kaum komunis dinamai XingXang atau ‘Wilayah Baru’) di tahun 1949, nampaknya terjadi pemutusan komunikasi total sehingga tidak diketahui berita apa saja yang terjadi di sana. Ada dugaan terjadi pembersihan massal ala Stalin di Rusia, namun apa persisnya tidak diketahui pasti. Kunjungan terakhir oleh koresponden majalah Khilafah ke Beijing di tahun 1992 melaporkan adanya penindasan terhadap umat Islam di sana. Saat itu terjadi ketegangan sesama penduduk Turkistan Timur di Beijing. Di sekitar Beijing ada daerah yang sering dikunjungi oleh pedagang Turkistan, yang sebagian besar adalah pedagang sutra, yang dikenal sebagai Kanjacou. Kebencian mereka terhadap petugas pemerintah Cina yang sedang lalu lalang pun nampak, dimana terungkap dengan kata-kata “Kafir, Kafir! Jihad, Jihad!”

Penyelidikan yang semakin dalam menunjukkan mimpi buruk yang sedang dialami kaum muslim di Turkistan Timur. Seseorang diburu polisi karena ‘kejahatannya’ mengajarkan Qur’an ke anak-anak. Sering juga terjadi razia terhadap umat Islam di Beijing. Hal ini terjadi di Beijing, entah di tempat lain, apalagi di Turkistan Timur yang sangat tidak bisa dibayangkan. Penindasan terhadap umat Islam di sana nampaknya memiliki satu tujuan: menghapus identitas Islam dari umat muslim.
Tidak lama setelah komunis mengambil alih kekuasaan di tahun 1949, pemerintah Mao membagi umat Islam ke dalam identitas suku bangsa, sehingga umat dipecah menurut ras mereka, dan bukan lagi oleh kesamaan aqidah, yaitu ‘identitas keislamannya’. Menurut statistik kependudukan di tahun 1936, pemerintahan Kuomintang Republik Cina saat itu memperkirakan jumlah warga muslim sebesar 48.104.240 orang. Sejak diberlakukannya kebijakan Mao, angka tersebut menurun menjadi 10 juta warga saja. Tidak ada penjelasan resmi, kemana hilangnya 38 juta nyawa. Pembersihan massal seperti ini sangat luarbiasa dan membuat apa yang terjadi di Tibet tidak ada apa-apanya. Padahal Barat begitu getolnya membela hak asasi pendeta dan dalai lama Tibet akibat pendudukan Cina di sana dan juga peristiwa Tiannamen Square, tapi tidak pernah mengucurkan air mata untuk nasib umat Islam.

Di samping penghilangan secara fisik, Muslim juga sering dihujani dengan serangan yang mengancam identitas keislaman mereka. Masa Revolusi Budaya (1966-76) menunjukkan bagaimana brutalnya kebijakan dan sikap kaum Komunis. Ini terlihat dari poster yang terpampang di Beijing saat itu di tahun 1966, yang menyerukan penghapusan ritual Islam.

Muslim juga dilarang untuk mempelajari bahasa tulis semasa Revolusi Budaya tersebut. Bahasa tulis muslim di sana memiliki unsur huruf Arab dan dipengaruhi oleh Arab, Turki dan Farsi. Kebijakan ini sangat bahaya karena memisahkan muslim dari bahasa Arab, bahasa Qur’an dan Negara Islam. Taktik seperti ini memang sering dipraktikkan oleh musuh-musuh Islam termasuk Mustapha Kamal, seorang laki-laki yang menghapus Khilafah. Pada masa ini, kaum komunis menutup Masjid dan menyebarkan fitnah tentang Islam dan muslim .

Saat ini kita bisa lihat dari kerusuhan yang terjadi di Turkistan Timur, dimana perlawanan umat terhadap kaum komunis masih menyala. Komunis pun menyadari bahwa semangat kaum muslim tidak mudah dipatahkan, maka mereka pun mengambil kebijakan yang bertujuan untuk menekan Islam sebagai pandangan hidup dengan mendorong berdirinya organisasi dan institut islam yang tidak lain hanya sekedar boneka yang dikendalikan penguasa. Kebijakan licik seperti ini juga dipakai oleh rezim yang berkuasa di Yordania, Sudan dan Kuwait dengan ‘membiarkan’ kaum ‘islamist’ untuk memasuki pemerintahan untuk meredam keinginan umat yang menuntut untuk menerapkan syariah secara total. Contoh di Cina nampak terlihat jelas dengan didirikannya Institut Teologi Islam dan Pusat Asosiasi Islam Cina, dimana keduanya menerima dana dan legitimasi dari pemerintah. Di samping melakukan aktifitas yang pro-kebijakan pemerintah Cina, mengorganisir Haji, para pekerja di kedua organisasi ini diseleksi dengan ketat sekali. Artinya, pemerintah Cina juga tidak ingin bahwa berita tentang penindasan terhadap umat Islam di sana tidak sampai terdengar oleh umat Islam di seluruh dunia.

Sejak terjadinya Revolusi Budaya, properti Wakaf juga disita dan masjid diduduki paksa. Kampanye yang didukung pemerintah membidik sebagian pimpinan umat Islam sebagai tokoh ‘reaksioner’ dan ‘anti rakyat’. Kebijakan untuk membersihkan etnik (baca: muslim) pun masih berlansung. Etnik Han (mayoritas etnik di Cina, yang kafir) mulai banyak bertransmigrasi ke Turkestan Timur untuk memastikan adanya mayoritas non-muslim di sana. Pada tahun 1949 hanya ada 2-3% etnik Han di sana, namun kini mereka mencapai 38%.

Perlawanan masih berlangsung

Meski ditindas oleh tirani pemerintah Cina, muslim di Turkestan Timur masih bertahan. Anak-anak muda mengenakan kalung berlogo bulan bintang, yang mirip dengan simbol yang digunakan Khilafah Uthmani di masa lalu. Mengenakan kalung ini bisa berakibat penjeblosan ke penjara. Di daerah Kajacou di Beijing, seorang muslim ditanya tentang anak-anaknya, yang ia jawab ada 6. Angka ini sangat tinggi karena hukum di Cina mengatakan bahwa muslim di Turkistan Timur hanya boleh punya anak 2 saja! Muslim juga bangga dengan semua hal Islami. Di Kanjacou, ketika mereka mendapat 1 kaset bacaan Quran, maka esoknya kaset itu sudah tersebar kopi-annya. Sikap seperti sempat menyulut demonstrasi masif di tahun 1953 yang memproklamirkan propinsi Islam yang merdeka di wilayah Cina tersebut. Tentu ini mengundang reaksi yang keras dari pemerintah Cina. Namun demikian, ini menunjukkan bahwa umat pun masih tidak menyerah begitu saja. Ikatan dan kecenderungan setiap muslim untuk menjadi bagian dari umat Islam dunia yang lebih besar merupakan bukti penolakan mereka terhadap sistem komunis dan juga menunjukkan bahwa penindasan apapun yang pemerintah Cina perlakukan terhadap mereka tidak akan menggoyahkan semangat juang. Sebagaimana pejabat Cina mengatakan,’ Seperti menikam mereka dengan pisau, mereka tidak akan pernah lupa dengan lukanya.’

Dan juga kita tidak akan boleh lupa dan biarkan mereka semua tahu bahwa Khalifah di masa yang tidak lama lagi, insya ALLAH, akan mengirim pasukan Mujahidin yang siap membela Islam tepat di halaman depan Cina itu sendiri.

(Rusydan : http://www.khilafah.com/index.php/concepts/islamic-culture/6938-chinas-crusade-against-the-muslims-of-xinjiang)

Bungkamnya Penguasa Sekuler Negeri Islam terhadap Genosida China Terhadap Muslim Uighur Adalah Pengkhianatan Terhadap Umat

Posted by cah_hamfara 04.43, under | No comments



Sebuah pembantaian missal (genosida) baru dilakukan oleh pihak berwenang China terhadap kaum Muslim Uighur di wilayah mereka sendiri yang diduduki China, yang dikenal sebagai Turkistan Timur. Sementara China menyebutnya dengan nama Xinjiang, yang berarti blok baru. Pembantaian itu mengakibatkan lebih dari seratus enam pulum Muslim meninggal. Sementara menurut warga Uighur akibat dari pembantaian itu hampir empat ratus Muslim meninggal, ratusan menderita luka-luka, dan ratusan lagi ditangkap.

Pemerintah China tidak cukup hanya menduduki Turkistan Timur dan menggabungkannya menjadi bagian dari China, tetapi ia mengubah bentuk penjajahannya menjadi penjajahan kependudukan, di mana ia memindahkan sekitar delapan juta bangsa China dari keturunan Han yang merupakan suku terbesar ke Turkistan Timur. Selanjutnya mereka diberi jabatan tinggi dan kekuasaan penuh. Sementara penduduk asli dijadikan penduduk kelas dua yang dipekerjakan sebagai pegawai rendahan, dan pekerja kasar untuk memperoleh penghidupannya.

Sesungguhnya yang melakukan kejahatan terhadap warga Uighur sekarang, bukan hanya pemerintah dan aparatnya yang bertindak represif, namun juga orang-orang China keturunan Han yang banyak melakukan berbagai bentuk permusuhan dan pelecehan terhadap penduduk asli. Di mana penduduk asli diperlakukan seperti suku Indian di Amerika.

Melalui gambar-gambar terakhir yang ditampilkan di televisi benar-benar memperlihatkan bahwa warga Han membawa tongkat dan senjata. Mereka mengusir kaum Muslim Uighur. Begitu juga tampak sekali kegembiraan mereka dan mereka bersorak-sorai ketika militer China melakukan pengepungan, penangkapan, dan penyiksaan terhadap warga Uighur.

Sesungguhnya, kejadian serupa kita melihatnya di Palestina, di mana pasukan pendudukan dan penyiksaan warga Yahudi terhadap warga Palestina, membunuh, memblokade, merusak lingkungan, dan merampas tanah mereka.

Jadi, apa yang dilakukan China di Turkistan Timur adalah sama persis dengan apa yang dilakukan (Israel) di Palestina: menduduki, membangun pemukiman, membunuh, menghancurkan, mengusir, dan memblokade. Musuhnya banyak, sedang yang dimusuhi satu, yaitu kaum Muslim.

Pertanyaan yang menghantui diri sendiri sekarang adalah: Bagaimana kaum Muslim menghadapi berbagai kejahatan, penyiksaan, dan permusuhan yang dilakukan oleh bangsa China ini terhadap kaum Muslim? Pertama: Melakukan aktivitas bersama, yaitu kaum Muslim melakukan tekanan terhadap pemerintah negeri-negeri Islam untuk mengambil tindakan aktif terhadap China, seperti menghentikan impor dari China, serta memutuskan hubungan perdagangan, ekonomi, dan politik dengan China.

Benar, bahwa pemerintah tidak akan melakukannya, karena mereka adalah musuh dari bangsanya sendiri. Namun, tekanan ini akan menciptakan gerakan politik yang sangat membantu untuk mobilitas dalam menghilangkan ketidakadilan dari warga Uighur dengan cara apapun.

Kedua: Melakukan tindakan politik untuk menjatuhkan pemerintah sekuler yang hanya bungkam terhadap penderitaan umat Islam. Umat Islam harus bersatu menegakkan kembali Khilafah Islam yang akan membebaskan Turkistan Timur, dan menggabungkannya ke dalam Negara Islam yang wajib segera diwujudkan.

Sesungguhnya reaksi dari pemerintah dunia Islam yang mandul dan lemah terhadap kejahatah dan kekejaman China adalah benar-benar menjadi bukti baru pengkhianatan pemerintah dan pengabaiannya terhadap hak-hak umat Islam. Sehingga ini menjadi pembenaran di samping pembenaran-pembenaran yang sudah ada untuk segera menggantikan pemerintah sekuler yang ada sekarang dengan Khilafah Islam. (Ahmad al-Khuthwani Sumber: www.al-aqsa.org, 10/7/2009)

HTI Kutuk Kebiadaban Pemerintah Cina

Posted by cah_hamfara 04.34, under | No comments


Jakarta—Ratusan massa Hizbut Tahrir Indonesia mendatangi Kedubes Cina di kawasan Mega Kuningan, Jakarta, Selasa (14/7). Mereka mengecam tindakan pemerintah Cina yang membantai kaum Muslim Uighur di Provinsi Xinjiang, Cina.
Mereka membawa sejumlah poster yang bertuliskan, ’Hanya Khilafah yang Mampu Memerangi Kebiadaban Pemerintah Cina’, ’Pemerintah Cina Diktator… ’Komunis Laknatullah…’, ’Pemerintah Cina Biadab… Terkutuk…’. Sepanjang aksi yang diikuti massa berpakaian hitam-hitam ini mereka meneriakkan yel-yel: Komunis, komunis… Hancurkan, hancurkan! Khilafah, Khilafah… Tegakkan, tegakkan!

Wakil Juru bicara HTI Farid Wadjdi dalam orasinya mengecam pemerintah Cina yang telah melakukan pembantaian secara sistematis terhadap kaum Muslim Uighur di Xinjiang. “Kami mengatakan bahwa ini genocide, karena data statistik Cina tahun 1936 menyebutkan ada 48 juta penduduk Muslim di Xinjiang. Namun sekarang jumlahnya hanya tinggal 10 juta saja. Kemana yang 38 juta itu?” pekiknya.

Ia pun menuding pemerntah Cina melakukan penjajahan demografi dengan mengirim etnis Han, yang komunis itu, ke Xinjiang sehingga kaum Muslim Xinjiang menjadi minoritas. “Kami mendesak pemerintah Cina untuk menghentikan pembantaian ini. Kami pun mengecam pemerintah Indonesia yang mengatakan persoalan umat Islam di Cina bukan persoalan Indonesia dan tidak perlu campur tangan di sana!” tandasnya.

Sebagaimana kaum Muslim yang dibantai di Palestina, Irak, dan tempat lainnya, menurut HTI, seharusnya, pemerintah Indonesia juga hirau terhadap masalah ini. Bagi umat Islam, persoalan ini adalah persoalan agama karena umat Islam adalah satu tubuh. Kalau umat Islam di Xianjiang dibunuh , berarti menyakiti seluruh umat Islam, termasuk yang ada di Indonesia. “Karena ini kami menuntut pemerintah Indonesia untuk menghentikan kerja sama, ekonomi, politik, maupun militer terhadap Cina karena Cina merupakan negara penjajah yang telah menjajah umat Islam di Xinjiang,” ujarnya.

HTI mendesak pemerintah Cina untuk menghentikan pembantaian ini dan membiarkan kaum Muslim Uighur merdeka. Karena sesungguhnya wilayah Xinjiang adalah wilayah umat Islam. Secara etnis, budaya, agama sangat berbeda dengan Cina.

Xianjiang adalah tanah kharajiah umat Islam sejak masa Khilafah Utsman bin Affan pada tahun 29 H (651 M). Jadi sebenarnya apa yang dilakukan Cina di Xinjiang adalah penjajahan. Sebagaimana yang dilakukan Belanda dulu di Indonesia.

Seperti yang telah dilansir sejumlah media massa, sampai saat ini Kaum Muslim etnik Uighur, penduduk asli Cina Selatan, Xinjiang, terus terancam. Terutama setelah aparat keamanan Cina membantai mereka dalam aksi protes terhadap kebijakan pemerintah Cina yang diskriminatif pada (5/7) lalu. Dalam insiden tersebut 156 Muslim Uighur tewas, 1434 ditahan dan lebih dari seribu orang lainnya terluka.

Kini giliran ribuan etnis Han, yang sengaja dimukimkan pemerintah Cina wilayah Xinjiang, turun ke jalan-jalan di Urumqi, ibukota wilayah Xinjiang, guna memburu warga Muslim yang tidak berdaya. Bersenjatakan pentungan dan dan lainnya, etnis Han memburu Uighur. Warga Muslim yang tidak bisa menyelamatkan diri babak belur hingga sekarat, menjadi bulan-bulanan etnis Han. Menurut saksi mata, tak satu pun etnis Han yang melakukan serangan itu ditahan polisi. Padahal ketika Khilafah masih tegak, tidak dibiarkan satupun penindasan dibiarkan di sana. Non Muslim di sana menjadi ahlul dzimah, non Muslim yang dilindungi Khilafah,.

Pada 1334 H pemerintah Cina pernah mencoba mengusik ke damaian di sana. Khalifah menyambutnya dengan jihad fisabilillah. Meski berjumlah lebih sedikit, dengan bantuan Allah SWT, pasukan Muslim berhasil memukul mundur pasukan Cina. Setelah itu, umat Muslim sangat disegani sebagai kekuatan yang diperhitungkan hingga mampu mengontrol sebagian besar Asia Tengah.

Tapi keadaan itu berubah sejak Khilafah Utsmani runtuh pada 1924 M. 25 tahun kemudian tepatnya pada tahun 1949, akhirnya pemerintah Komunis Cina akhirnya dapat menganeksasi Xinjiang. Setiap Muslim bisa diburu kapan saja oleh polisi karena ‘kejahatannya’ mengajarkan Alquran kepada anak-anak. Penindasan terhadap umat Islam di sana memiliki satu tujuan, menghapus identitas Islam dari umat Muslim. (muji)
www.eramuslim.com

14 Juli 2009

Urutan Lengkap Khalifah dalam Lintasan Sejarah

Posted by cah_hamfara 04.36, under | No comments



Rasulullah SAW telah memerintahkan kepada kaum muslimin agar mereka mengangkat seorang khalifah setelah beliau SAW wafat, yang dibai'at dengan bai'at syar'iy untuk memerintahkan kaum muslimin berdasarkan Kitabullah dan Sunnah Rasulullah SAW. Menegakkan syari'at Allah, dan berjihad bersama kaum muslimin melawan musuh-musuh Allah SWT.
Rasulullah SAW bersabda : "Sesungguhnya tidak ada Nabi setelah aku, dan akan ada para khalifah, dan banyak (jumlahnya)." para sahabat bertanya, "Apa yang engkau perintahkan kepada kami?” Nabi SAW menjawab, "Penuhilah bai'at yang pertama, dan yang pertama. Dan Allah akan bertanya kepada mereka apa-apa yang mereka pimpin." (HR. Muslim).

Rasulullah SAW berwasiat kepada kaum muslimin agar jangan sampai ada masa tanpa adanya khalifah (yang memimpin kaum muslimin). Jika hal ini terjadi, dengan tiadanya seorang khalifah, maka wajib bagi kaum muslimin berupaya mengangkat khalifah yang baru, meskipun hal itu berakibat pada kematian. Sabda Rasulullah SAW : "Barang siapa mati dan dipundaknya tidak membai'at seorang imam (khalifah), maka matinya (seperti) mati (dalam keadaan) jahiliyyah." Rasulullah SAW juga bersabda : "Jika kalian menyaksikan seorang khalifah, hendaklah kalian taat, walaupun (ia) memukul punggungmu. Sesungguhnya jika tidak ada khalifah, maka akan terjadi kekacauan." (HR. Thabrani). Sesungguhnya Allah SWT telah memerintahkan (kepada kita) untuk taat kepada khalifah. Allah berfirman : "Hai orang-orang yang berfirman, taatilah Allah dan taatilah Rasul(Nya), dan ulil amri diantara kamu." (TQS. An-Nisa :59).
Kaum muslimin telah menjaga wasiat Rasulullah SAW tersebut sepanjang 13 abad. Selama interval waktu itu, kaum muslimin tidak pernah menyaksikan suatu kehidupan tanpa dipimpin seorang khalifah yang mengatur urusan-urusan mereka. Ketika seorang khalifah meninggal atau diganti, ahlul halli wal 'aqdi segera mencari, memilih, dan menentukan pengganti khalifah terdahulu. Hal ini terus berlangsung pada masa-masa Islam saat itu. Setiap masa, kaum muslimin senantiasa menyaksikan bai'at kepada khalifah atas dasar taat. Ini dimulai sejak masa Khulafaur Rasyidin hingga periode para Khalifah terakhir yaitu Dinasti Utsmaniyyah.
Kaum muslimin mengetahui bahwa khalifah pertama dalam sejarah Islam adalah Abu Bakar ra, akan tetapi mayoritas kaum muslimin saat ini, tidak mengetaui bahwa Sultan 'Abdul Majid II adalah khalifah terakhir yang dimiliki oleh umat Islam, pada masa lenyapnya Daulah Khilafah Islamiyyah akibat ulah Musthafa Kamal yang menghancurkan sistem kilafah dan meruntuhkan Dinasti 'Utsmaniyyah. Fenomena ini terjadi pada tanggal 27 Rajab 1342 H bertepatan dengan tanggal 3 Maret 1924.
Dalam sejarah kaum muslimin hingga hari ini, pemerintah Islam di bawah institusi Khilafah Islamiah pernah dipimpin oleh 104 khalifah. Mereka (para khalifah) terdiri dari 5 orang khalifah dari khulafaur raasyidin, 14 khalifah dari dinasti Umayyah, 18 khalifah dari dinasti Abbasiyyah, diikuti dari Bani Buwaih 8 orang khalifah dan dari Bani Saljuk 11 orang khalifah. Dari sini pusat pemerintahan dipindahkan ke Kairo, yang dilanjutkan oleh 18 orang khalifah. Setelah itu khalifah berpindah kepada Bani Utsman. Dari Bani ini terdapat 30 orang khalifah. Umat masih mengetahui nama-nama para khulafaur rasyidin dibandingkan dengan yang lain. Walaupun mereka juga tidak lupa dengan Khalifah Umar bin Abd al-Aziz, Harun al-rasyid, Sultan Abdul Majid, serta khalifah-khalifah yang masyur dikenal dalam sejarah.
Adapun nama-nama para khalifah pada masa khulafaur Rasyidin sebagai berikut:
1. Abu Bakar ash-Shiddiq ra (tahun 11-13 H/632-634 M)
2. Umar bin khaththab ra (tahun 13-23 H/634-644 M)
3. Utsman bin 'Affan ra (tahun 23-35 H/644-656 M)
4. Ali bin Abi Thalib ra (tahun 35-40 H/656-661 M)
5. Al-Hasan bin Ali ra (tahun 40 H/661 M)

Setelah mereka, khalifah berpindah ke tangan Bani Umayyah yang berlangsung lebih dari 89 tahun. Khalifah pertama adalah Mu'awiyyah. Sedangkan khalifah terakhir adalah Marwan bin Muhammad bin Marwan bin Hakam. Masa kekuasaan mereka sebagai berikut:
1. Mu'awiyah bin Abi Sufyan (tahun 40-64 H/661-680 M)
2. Yazid bin Mu'awiyah (tahun 61-64 H/680-683 M)
3. Mu'awiyah bin Yazid (tahun 64-68 H/683-684 M)
4. Marwan bin Hakam (tahun 65-66 H/684-685 M)
5. Abdul Malik bin Marwan (tahun 66-68 H/685-705 M)
6. Walid bin 'Abdul Malik (tahun 86-97 H/705-715 M)
7. Sulaiman bin 'Abdul Malik (tahun 97-99 H/715-717 M)
8. Umar bin 'Abdul 'Aziz (tahun 99-102 H/717-720 M)
9. Yazid bin 'Abdul Malik (tahun 102-106 H/720-724 M)
10. Hisyam bin Abdul Malik (tahun 106-126 H/724-743 M)
11. Walid bin Yazid (tahun 126 H/744 M)
12. Yazid bin Walid (tahun 127 H/744 M)
13. Ibrahim bin Walid (tahun 127 H/744 M)
14. Marwan bin Muhammad (tahun 127-133 H/744-750 M)

Setelah mereka, khalifah berpindah ke tangan Bani Abbas dengan khalifah pertama al-Safaah. Masa kekuasaan mereka sebagai berikut:
I. Dari Bani 'Abbas
1. Abul 'Abbas al-Safaah (tahun 133-137 H/750-754 M)
2. Abu Ja'far al-Mansyur (tahun 137-159 H/754-775 M)
3. Al-Mahdi (tahun 159-169 H/775-785 M)
4. Al-Hadi (tahun 169-170 H/785-786 M)
5. Harun al-Rasyid (tahun 170-194 H/786-809 M)
6. Al-Amiin (tahun 194-198 H/809-813 M)
7. Al-Ma'mun (tahun 198-217 H/813-833 M)
8. Al-Mu'tashim Billah (tahun 218-228 H/833-842 M)
9. Al-Watsiq Billah (tahun 228-232 H/842-847 M)
10. Al-Mutawakil 'Ala al-Allah (tahun 232-247 H/847-861 M)
11. Al-Muntashir Billah (tahun 247-248 H/861-862 M)
12. Al-Musta'in Billah (tahun 248-252 H/862-866 M)
13. Al-Mu'taz Billah (tahun 252-256 H/866-869 M)
14. Al-Muhtadi Billah (tahun 256-257 H/869-870 M)
15. Al-Mu'tamad 'Ala al-Allah (tahun 257-279 H/870-892 M)
16. Al-Mu'tadla Billah (tahun 279-290 H/892-902 M)
17. Al-Muktafi Billah (tahun 290-296 H/902-908 M)
18. Al-Muqtadir Billah (tahun 296-320 H/908-932 M)

II. Dari Bani Buwaih
19. Al-Qahir Billah (tahun 320-323 H/932-934 M)
20. Al-Radli Billah (tahun 323-329 H/934-940 M)
21. Al-Muttaqi Lillah (tahun 329-333 H/940-944 M)
22. Al-Musaktafi al-Allah (tahun 333-335 H/944-946 M)
23. Al-Muthi' Lillah (tahun 335-364 H/946-974 M)
24. Al-Thai'i Lillah (tahun 364-381 H/974-991 M)
25. Al-Qadir Billah (tahun 381-423 H/991-1031 M)
26. Al-Qa'im Bi Amrillah (tahun 423-468 H/1031-1075 M)

III. Dari Bani Saljuk
27. Al Mu'tadi Biamrillah (tahun 468-487 H/1075-1094 M)
28. Al Mustadhhir Billah (tahun 487-512 H/1094-1118 M)
29. Al Mustarsyid Billah (tahun 512-530 H/1118-1135 M)
30. Al-Rasyid Billah (tahun 530-531 H/1135-1136 M)
31. Al Muqtafi Liamrillah (tahun 531-555 H/1136-1160)
32. Al Mustanjid Billah (tahun 555-566 H/1160-1170 M)
33. Al Mustadhi'u Biamrillah (tahun 566-576 H/1170-1180 M)
34. An Naashir Liddiinillah (tahun 576-622 H/1180-1225 M)
35. Adh Dhahir Biamrillah (tahun 622-623 H/1225-1226 M)
36. Al Mustanshir Billah (tahun 623-640 H/1226-1242 M)
37. Al Mu'tashim Billah ( tahun 640-656 H/1242-1258 M)

Setelah itu kaum muslimin hidup selama 3,5 tahun tanpa seorang khalifah pun. Ini terjadi karena serangan orang-orang Tartar ke negeri-negeri Islam dan pusat kekhalifahan di Baghdad. Namun demikian, kaum muslimin di Mesir, pada masa dinasti Mamaluk tidak tinggal diam, mereka berusaha mengembalikan kembali kekhilafahan. Kemudian mereka membai'at Al Muntashir dari Bani Abbas, putra Khalifah al-Abbas al-Dhahir Biamrillah dan saudara laki-laki khalifah Al Mustanshir Billah, paman dari khalifah Al Mu'tashim Billah. Pusat pemerintahan dipindahkan lagi ke Mesir. Khalifah yang diangkat dari mereka ada 18 orang yaitu :
1. Al Mustanshir billah II (taun 660-661 H/1261-1262 M
2. Al Haakim Biamrillah I ( tahun 661-701 H/1262-1302 M)
3. Al Mustakfi Billah I (tahun 701-732 H/1302-1334 M)
4. Al Watsiq Billah I (tahun 732-742 H/1334-1354 M)
5. Al Haakim Biamrillah II (tahun 742-753 H/1343-1354 M)
6. Al Mu'tadlid Billah I (tahun 753-763 H/1354-1364 M)
7. Al Mutawakkil 'Alallah I (tahun 763-785 H/1363-1386 M)
8. Al Watsir Billah II (tahun 785-788 H/1386-1389 M)
9. Al Mu'tashim (tahun 788-791 H/1389-1392 M)
10. Al Mutawakkil 'Alallah II (tahun 791-808 H/1392-14-9 M)
11. Al Musta'in Billah (tahun 808-815 H/ 1409-1426 M)
12. Al Mu'tadlid Billah II (tahun 815-845 H/1416-1446 M)
13. Al Mustakfi Billah II (tahun 845-854 H/1446-1455 M)
14. Al Qa'im Biamrillah (tahun 754-859 H/1455-1460 M)
15. Al Mustanjid Billah (tahun 859-884 H/1460-1485 M)
16. Al Mutawakkil 'Alallah (tahun 884-893 H/1485-1494 M)
17. Al Mutamasik Billah (tahun 893-914 H/1494-1515 M)
18. Al Mutawakkil 'Alallah OV (tahun 914-918 H/1515-1517 M)

Ketika daulah Islamiyah Bani Saljuk berakhir di Anatolia, kemudian muncul kekuasaan yang berasal dari Bani Utsman dengan pemimpinnya "Utsman bin Arthagherl sebagai khalifah pertama Bani Utsman, dan berakhir pada masa khalifah Bayazid II (918 H/1500 M) yang diganti oleh putranya Sultan Salim I. Kemuadian khalifah dinasti Abbasiyyah, yakni Al Mutawakkil ‘Alallah diganti oleh Sultan Salim. Ia berhasil menyelamatkan kunci-kunci al-Haramain al-Syarifah. Dari dinasti Utsmaniyah ini telah berkuasa sebanyah 30 orang khalifah, yang berlangsung mulai dari abad keenam belas Masehi. Nama-nama mereka adalah sebagai berikut:
1. Salim I (tahun 918-926 H/1517-1520 M)
2. Sulaiman al-Qanuni (tahun 916-974 H/1520-1566 M)
3. Salim II (tahun 974-982 H/1566-1574 M)
4. Murad III (tahun 982-1003 H/1574-1595 M)
5. Muhammad III (tahun 1003-1012 H/1595-1603 M)
6. Ahmad I (tahun 1012-1026 H/1603-1617 M)
7. Musthafa I (tahun 1026-1027 H/1617-1618 M)
8. 'Utsman II (tahun 1027-1031 H/1618-1622 M)
9. Musthafa I (tahun 1031-1032 H/1622-1623 M)
10. Murad IV (tahun 1032-1049 H/1623-1640 M)
11. Ibrahim I (tahun 1049-1058 H/1640-1648 M)
12. Mohammad IV (1058-1099 H/1648-1687 M)
13. Sulaiman II (tahun 1099-1102 H/1687-1691M)
14. Ahmad II (tahun 1102-1106 H/1691-1695 M)
15. Musthafa II (tahun 1106-1115 H/1695-1703 M)
16. Ahmad II (tahun 1115-1143 H/1703-1730 M)
17. Mahmud I (tahun 1143-1168/1730-1754 M)
18. Utsman IlI (tahun 1168-1171 H/1754-1757 M)
19. Musthafa II (tahun 1171-1187H/1757-1774 M)
20. 'Abdul Hamid (tahun 1187-1203 H/1774-1789 M)
21. Salim III (tahun 1203-1222 H/1789-1807 M)
22. Musthafa IV (tahun 1222-1223 H/1807-1808 M)
23. Mahmud II (tahun 1223-1255 H/1808-1839 M)
24. Abdul Majid I (tahun 1255-1277 H/1839-1861 M)
25. Abdul 'Aziz I (tahun 1277-1293 H/1861-1876 M)
26. Murad V (tahun 1293-1293 H/1876-1876 M)
27. Abdul Hamid II (tahun 1293-1328 H/1876-1909 M)
28. Muhammad Risyad V (tahun 1328-1339 H/1909-1918 M)
29. Muhammad Wahiddin II (tahun 1338-1340 H/1918-1922 M)
30. Abdul Majid II (tahun 1340-1342 H/1922-1924 M)


Sekali lagi terjadi dalam sejarah kaum muslimin, hilangnya kekhalifahan. Sayangnya, kaum muslimin saat ini tidak terpengaruh, bahkan tidak peduli dengan runtuhnya kekhilafahan. Padahal menjaga kekhilafahan tergolong kewajiban yang sangat penting. Dengan lenyapnya institusi kekhilafahan, mengakibatkan goncangnya dunia Islam, dan memicu instabilitas di seluruh negeri Islam. Namun sangat disayangkan, tidak ada (pengaruh) apapun dalam diri umat, kecuali sebagian kecil saja.
Jika kaum muslimin pada saat terjadinya serangan pasukan Tartar ke negeri mereka, mereka sempat hidup selama 3,5 tahun tanpa ada khalifah, maka umat Islam saat ini, telah hidup selama lebih dari 75 tahun tanpa keberadaan seorang khalifah. Seandainya negara-negara Barat tidak menjajah dunia Islam, dan seandainya tidak ada penguasa-penguasa muslim bayaran, seandainya tidak ada pengaruh tsaqofah, peradaban, dan berbagai persepsi kehidupan yang dipaksakan oleh Barat terhadap kaum muslimin, sungguh kembalinya kekhilafahan itu akan jauh lebih mudah. Akan tetapi kehendak Allah berlaku bagi ciptaanNya dan menetapkan umat ini hidup pada masa yang cukup lama.
Umat Islam saat ini hendaknya mulai rindu dengan kehidupan mulia di bawah naungan Daulah Khilafah Islamiyah. Dan Insya Allah Daulah Khilafah itu akan berdiri. Sebagaimana sabda Rasulullah "...kemudian akan tegak Khilafah Rasyidah yang sesuai dengan manhaj Nabi". Kami dalam hal ini tidak hanya yakin bahwa kekhilafahan akan tegak, lebih dari itu, kota Roma (sebagai pusat agama Nashrani) dapat ditaklukkan oleh kaum muslimin setelah dikalahkannya Konstantinopel yang sekarang menjadi Istambul. Begitu pula daratan Eropa, Amerika, dan Rusia akan dikalahkan. Kemudian Daulah Khilafah Islamiyah akan menguasai seluruh dunia setelah berdirinya pusat Daulah Khilafah. Sungguh hal ini dapat terwujud dengan izin Allah. Kita akan menyaksikannya dalam waktu yang sangat dekat.
(http//www.cah-hamfara.co.cc)


Mengenal Syekh Taqiyyuddin An-Nabhani ( Pendiri Hizbut Tahrir )

Posted by cah_hamfara 04.26, under | No comments



Syekh Muhammad Taqiyyuddin bin Ibrahim bin Musthafa bin Ismail bin Yusuf An Nabhani dilahirkan pada 1909 di daerah Ijzim. Namanya dinisbatkan kepada kabilah Bani Nabhan, yang termasuk orang Arab penghuni padang sahara di Palestina. Mereka bermukim di daerah Ijzim yang termasuk wilayah Haifa di Palestina Utara. Ia mendapat didikan ilmu dan agama di rumah dari ayahnya sendiri, seorang syekh yang faqih fid din. Ayahnya seorang pengajar ilmu-ilmu syari'ah di Kementerian Pendidikan Palestina. Ibunya juga menguasai beberapa cabang ilmu syari'ah, yang diperolehnya dari ayahnya, Syekh Yusuf bin Ismail bin Yusuf An Nabhani. Ia adalah seorang qadi (hakim), penyair, sastrawan, dan salah seorang ulama terkemuka di daerah Turki Utsmani. Pertumbuhan Syekh Taqiyyuddin dalam suasana keagamaan yang kental seperti itu mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan kepribadian dan pandangan hidupnya. Ia telah hafal Al Qur'an seluruhnya dalam usia yang amat muda, yaitu di bawah usia 13 tahun.
Pendidikan
Syekh Taqiyyuddin menerima pendidikan dasar-dasar ilmu syari'ah dari ayah dan kakeknya, yang telah mengajarkan hafalan Al Qur'an sehingga ia hafal Al Qur'an seluruhnya sebelum baligh. Di samping itu, ia juga mendapatkan pendidikannya di sekolah-sekolah negeri ketika ia bersekolah di sekolah dasar di daerah Ijzim. Kemudian ia berpindah ke sebuah sekolah di Akko untuk melanjutkan pendidikannya ke sekolah menengah. Sebelum ia menamatkan sekolahnya di Akko, ia telah bertolak ke Kairo untuk meneruskan pendidikannya di Al Azhar, hasil dorongan kakeknya, Syekh Yusuf An Nabhani.
Syekh Taqiyyuddin kemudian meneruskan pendidikannya di Tsanawiyah Al Azhar pada tahun 1928 dan pada tahun yang sama ia meraih ijazah dengan predikat sangat cemerlang. Lalu ia melanjutkan studinya di Kulliyah Darul Ulum yang saat itu merupakan cabang Al Azhar. Di samping itu ia banyak menghadiri halaqah-halaqah ilmiah di Al Azhar yang diikuti oleh syekh-syekh Al Azhar, semisal Syekh Muhammad Al Hidlir Husain --rahimahullah-- seperti yang pernah disarankan oleh kakeknya. Hal itu dimungkinkan karena sistem pengajaran lama Al Azhar memungkinkannya. Meskipun Syekh Taqiyyuddin menghimpun sistem Al Azhar lama dengan Darul Ulum, akan tetapi ia tetap menampakkan keunggulan dan keistimewaan dalam kesungguhan dan ketekunan belajar.
Syekh Taqiyyuddin telah menarik perhatian kawan-kawan dan pensyarah-pensyarahnya karena kecermatannya dalam berpikir dan kuatnya pendapat seta hujjah yang dilontarkan dalam perdebatan-perdebatan dan diskusi-diskusi fikriyah, yang diselenggarakan oleh lembaga-lembaga ilmu yang ada saat itu di Kairo dan di negeri-negeri Islam lainnya.
Syekh Taqiyyuddin An Nabhani menamatkan kuliahnya di Darul Ulum pada tahun 1932. Pada tahun yang sama beliau menamatkan pula kuliahnya di Al Azhar Asy Syarif menurut sistem lama, di mana para mahasiswanya dapat memilih beberapa syekh Al Azhar dan menghadiri halaqah-halaqah mereka mengenai bahasa Arab, dan ilmu-ilmu syari'ah seperti fiqih, ushul fiqih, hadits, tafsir, tauhid (ilmu kalam), dan yang sejenisnya.
Dalam forum-forum halaqah ilmiyah tersebut, An Nabhani dikenal oleh kawan-kawan dan sahabat-sahabat terdekatnya dari kalangan Al Azhar, sebagai seseorang dengan pemikiran yang genius, pendapat yang kukuh, pemahaman dan pemikiran yang mendalam, serta berkemampuan tinggi untuk meyakinkan orang dalam perdebatan-perdebatan dan diskusi-diskusi fikriyah. Demikian juga ia sangat bersungguh-sungguh, tekun, dan bersemangat dalam memanfaatkan waktu guna menimba ilmu dan belajar. Setelah menyelesaikan pendidikannya, Syekh Taqiyyuddin An Nabhani kembali ke Palestina untuk kemudian bekerja di Kementerian Pendidikan Palestina sebagai seorang guru di sebuah sekolah menengah atas negeri di Haifa. Di samping itu ia juga mengajar di sebuah Madrasah Islamiyah di Haifa.
Pada tahun 1940, ia diangkat sebagai Musyawir (Pembantu Qadi) dan ia terus memegang jabatan ini hingga tahun 1945, yakni saat ia dipindah ke Ramallah untuk menjadi qadi di Mahkamah Ramallah hingga tahun 1948. Setelah itu, ia keluar dari Ramallah menuju Syam sebagai akibat jatuhnya Palestina ke tangan Yahudi.
Pada tahun 1948 itu pula, sahabatnya Al Ustadz Anwar Al Khatib mengirim surat kepadanya, yang isinya meminta agar ia kembali ke Palestina untuk diangkat sebagai qadi di Mahkamah Syar'iyah Al Quds. Syekh Taqiyyuddin mengabulkan permintaan itu dan kemudian beliau diangkat sebagai qadi di Mahkamah Syar'iyah Al Quds pada tahun 1948.
Pada tahun 1951, Syekh An Nabhani menziarahi kota Amman untuk menyampaikan ceramah-ceramahnya kepada para pelajar Madrasah Tsanawiyah di Kulliyah Ilmiyah Islamiyah. Hal ini terus berlangsung sehingga awal tahun 1953, ketika ia mulai sibuk dalam Hizbut Tahrir, yang telah dirintis antara tahun 1949 hingga 1953.
Sejak remaja Syekh An Nabhani sudah memulai aktivitas politiknya karena pengaruh kakeknya, Syekh Yusuf An Nabhani. Pengalaman itulah yang mengantarkannya mendirikan partai politik berasas Islam, Hizbut Tahrir di Al Quds (Yerusalem) pada tahun 1953. Syekh Taqiyyuddin An Nabhani meninggal dunia pada tahun 1398 H/ 1977 M dan dikuburkan di Pekuburan Al Auza'i di Beirut.
Sumbangan Kepada Islam
Ia telah meninggalkan kitab-kitab penting yang dapat dianggap sebagai kekayaan pemikiran yang tak ternilai harganya. Karya-karya ini menunjukkan bahwa Syekh Taqiyyuddin An Nabhani merupakan seorang yang mempunyai pemikiran brilian dan analisis yang cermat. Karya-karya Syekh Taqiyyuddin An Nabhani yang paling terkenal, yang memuat pemikiran dan ijtihadnya antara lain :
1. Nizhamul Islam.
2. At Takattul Al Hizbi.
3. Mahafim Hizbut Tahrir
4. An Nizhamul Iqthishadi fil Islam.
5. An Nizhamul Ijtima'i fil Islam.
6. Nizhamul Hukm fil Islam.
7. Ad Dustur.
8. Muqaddimah Dustur.
9. Ad Daulatul Islamiyah.
10. Asy Syakhshiyah Al Islamiyah (3 jilid).
11. Mafahim Siyasiyah li Hizbit Tahrir.
12. Nazharat Siyasiyah li Hizbit Tahrir.
13. Nida' Haar.
14. Al Khilafah.
15. At Tafkir.
16. Sur'atul Badihah.
17. Nuqthatul Inthilaq.
18. Dukhulul Mujtama'.
19. Inqadzu Filisthin.
20. Risalatul Arab.
21. Al Ittifaqiyyah Ats Tsana'iyyah Al Mishriyyah As Suriyyah wal Yamaniyyah
22. Hallu Qadliyah Filisthin ala Ath Thariqah Al Amrikiyyah wal Inkiliziyyah.
23. Nazhariyatul Firagh As Siyasi Haula Masyru' Aizanhawar.
Semua ini belum termasuk ribuan risalah (nasyrah) mengenai pemikiran, politik, dan ekonomi, serta beberapa kitab yang dikeluarkan atas nama anggota Hizbut Tahrir.
Diperoleh dari "http://id.wikipedia.org/wiki/Taqiyyuddin_An_Nabhani"
Kategori: Kelahiran 1909 | Kematian 1977

11 Juli 2009

Sarasehan Ulama Asatidz Kampus Kota

Posted by cah_hamfara 17.53, under | No comments



Ahad 5 Juli 2009, Suasana pelataran masjid Wirotunggal mendadak rame ketika Hizbut Tahrir Indonesia Chapter Kampus Kota mengadakan Sarasehan Ulama & Asatidz yang bertemakan “Implementasi syariah, Selamatkan Indonesia”. Kegiatan yang dihadiri oleh para ulama, asatidz dan takmir masjid ini diawali dengan sambutan yang disampaikan oleh ketua Takmir Masjid Wirotunggal Drs. H. KRT Gondo Hadiningrat yang memaparkan kegelisahanya akan perilaku masyarakat yang banyak melakukan perbuatan maksiat. Selajutnya sambutan disampaikan oleh Ust. M. Dhuha Gufron S. EI selaku ketua HTI chapter Kampus kota yang memaparkan solusi atas seluruh permasalahan kaum muslimin adalah diterapkannya Syariah dalam bingkai Khilafah.

Acara inti sarasehan ini diisi oleh Ust Ibnu Alwan (DPD I HTI DIY), sebagai pengantar materi beliau memaparkan tentang konsekuensi kewajiban penerapan Syariah bagi seorang muslim serta bagaimana wajibnya syariah diterapkan dalam bingkai khilafah. Dalam sesi Tanya jawab peserta menanyakan bagaimana syariah bisa mengakomodir permasalahan bangsa Indonesia serta bagaimana peran masyarakat termasuk ulama dalam menerapkan syariah. Pada akhir acara ada peserta yang meminta diskusi lanjutan dan mengundang pengurus HTI Chapter kampus kota untuk datang langsung pada malam itu kerumahnya. Acara yang dimulai sejak pukul 19:30 berakhir pada pukul 22:20 dengan disertai kepuasan peserta yang tergambar dari raut wajahnya.

 
Istrahatnya s'org aktivis adalah suatu kelalain, Laa rohata ba'dal yauum. Teruslah berjuang hingga Allah memenangkan Dien ini atau kita Syahid Karenanya...