Nomor: 154/PU/E/02/09
Jakarta, 16 Februari 2009 M
20 Shafar 1430 H
PERNYATAAN HIZBUT TAHRIR INDONESIA
TENTANG
KUNJUNGAN MENLU AS HILLARY CLINTON KE INDONESIA
Demi Perbaikan Citra dan Penguatan Dominasi AS
Seperti telah banyak diberitakan, pada tanggal 18 dan 19 Februari ini Menlu AS Hillary Clinton akan berkunjung ke Indonesia. Ini adalah rangkaian kunjungan Hillary pertama setelah terbentuk pemerintahan baru AS di bawah presiden Obama. Dubes AS untuk Indonesia Cameron Hume mengungkapkan, di Jakarta, Hillary akan menggelar pertemuan dengan para pejabat senior Indonesia untuk membicarakan peningkatan hubungan AS – Indonesia, termasuk kerjasama di berbagai bidang seperti pendidikan, keamanan regional, lingkungan hidup, perdagangan dan kesehatan. Menurutnya, Menlu Hillary berharap untuk bisa melihat langsung bagaimana perubahan Indonesia menjadi sebuah negara demokrasi yang stabil dan moderat. Kunjungan ini juga menunjukkan apresiasi AS terhadap Indonesia sebagai sebuah negara dengan peran internasional dalam memecahkan krisis ekonomi global.
Rencana kunjungan itu mendapat sambutan besar dari dalam negeri Indonesia. Biasanya, Menlu AS yang baru akan berkunjung ke Eropa atau Timur Tengah. Inilah kali pertama, kunjungan Menlu AS yang baru dilakukan ke Asia Timur, apalagi ke Indonesia. Hal itu seakan mengatakan, bahwa Indonesia adalah negara sangat penting. Tapi satu hal yang pasti, yaitu kunjungan itu akan dilakukan pada saat citra AS tengah menurun drastis akibat sikapnya yang ditunjukkan dalam kasus serangan brutal Yahudi ke Gaza beberapa waktu lalu. Citra itu diharapkan bisa dipulihkan jika AS menunjukkan keinginan dan upaya untuk menyelesaikan masalah Palestina. Masalahnya, AS tidak memiliki hubungan yang “baik” dengan Hamas. Mesir yang merupakan sekutu AS paling diandalkan dalam masalah ini juga memiliki hubungan yang kurang baik dengan Hamas. Pihak yang diopinikan dekat dengan Hamas, yaitu Iran jelas tidak mungkin digunakan oleh AS secara terang-terangan. Sementara para penguasa Arab bisa dikatakan juga telah kehilangan kepercayaan publik dalam masalah ini. Maka, untuk mendorong proses penyelesaian masalah Palestina, AS memerlukan pemain baru yang diharapkan bisa mendekati Hamas. Dalam konteks ini harapan banyak di alamatkan kepada Indonesia. Dalam kasus serangan Israel ke Gaza terakhir telah menunjukkan bahwa Indonesia memiliki hubungan yang semakin dekat dengan Hamas dan rakyat Palestina pada umumnya. Bahkan menurut ungkapan Wapres Jusuf Kalla, Wapres AS Joe Biden secara khusus bahkan meminta proposal Indonesia tentang penyelesaian konflik Palestina. Hal yang sama juga diminta oleh wakil PM Belgia. Bahkan untuk konteks lebih lebih menurut Wapres Jusuf Kalla PM Belanda meminta Indonesia pelopori hubungan antara negara Islam dan Barat (MIOL, 8/2/09).
Jadi, salah satu agenda utamanya kunjungan Hillary adalah menegaskan kesediaan pemerintah Indonesia untuk memainkan peran penting bagi penyelesaian masalah Palestina. Indonesia pun menyambut harapan itu. Pekan depan Duta Besar Indonesia untuk AS, Sudjadnan Parnohdiningrat, akan dipanggil ke Jakarta untuk membahas proposal perdamaian di Timur Tengah yang akan disampaikan kepada pemerintah AS (Kompas, 8/2/09). AS sendiri telah menyiapkan paket “power smart” yang ditawarkan, “Amerika mungkin membuka kembali program Korps Perdamian AS di Indonesia setelah dihentikan sebelumnya pada pertengahan 1960-an,” kata Deputi Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS, Robert Wood, dalam jumpa pers di Washington (Antara, Senen, 9/2/09).
Dalam hal ini, harus diingatkan pemerintah Indonesia tidak boleh terjebak dan terseret arus keinginan AS. Presiden Barack Obama telah menandaskan bahwa, kesepakatan dengan rakyat Palestina harus tetap menjaga identitas Israel sebagai negara Yahudi yang memiliki perbatasan aman dan diakui. Israel harus dibela, dan al-Quds menjadi ibukota Israel dan sebagai kota bersama. Ia menyebut pertemanan AS dengan Israel tidak mungkin dipisahkan (Inilah.com, 6/2/09). Artinya penyelesaian masalah perdamaian Palestina tidak akan disetujui oleh AS kecuali sesuai dengan kebijakan seperti yang telah ditandaskan Obama. Bila Indonesia mengikuti keinginan AS itu, sama saja Indonesia memediasi bagi terwujudkan pengakuan legal terhadap eksistensi Yahudi Israel. Dan itu sama artinya pemerintah Indonesia membenarkan pencaplokan tanah Palestina oleh penjajah Israel.
Disamping peran dalam perdamaian Palestina, Indonesia juga diharapkan bisa menjembatani hubungan dunia Islam dengan Barat, khususnya AS. Sekali lagi, peran Indonesia dalam hal ini dibutuhkan AS, agar citra AS di mata dunia Islam bisa diperbaiki. Tentu saja yang diharapkan dari Indonesia adalah memelopori dan mendorong dunia Islam menjadi menganut Islam moderat (baca: Islam yang nurut kepada kemauan AS) dan menjunjung demokrasi. Untuk itu Indonesia harus lebih dahulu menunjukkan diri menjadi negara moderat dan demokratis. Dalam konteks ini Menlu Hassan Wirajuda sudah mengamini, bahwa Indonesia dan AS memiliki alasan yang kuat untuk meningkatkan hubungan bilateral sepanjang Indonesia dan AS, kata dia, menganut dan meninggikan nilai-nilai demokrasi, penghormatan terhadap HAM, pluralisme, dan toleransi. Sehingga kunjungan Hillary nanti tidak lain adalah untuk menegaskan dan mendapatkan jaminan bahwa Indonesia akan tetap menjadi negara moderat dan demokratis serta menjunjung toleransi dan pluralism. Dengan kata lain, Hillary ingin mendapatkan jaminan bahwa Indonesia ke depan tidak akan berubah menjadi lebih Islami.
Agenda penting lain dari kunjungan Hillary adalah masalah keamanan regional. Intinya ada dua, yaitu terorisme dan keamanan Selat Malaka. Maksudnya, kunjungan Hillary adalah untuk memastikan bahwa Indonesia akan tetap melanjutkan program pemberantasan terorisme bersama AS, meski dengan cara yang sedikit berubah seiring dengan gaya AS yang juga berubah. Cara baru itu diantaranya akan memberikan ruang lebih banyak bagi perubahan mind set (pemikiran). Dalam hal ini dunia pendidikan akan menjadi sarana yang paling penting. Karena itulah topik pendidikan juga dijadikan salah satu agenda yang akan dibicarakan dalam kunjungan ini. Yakni bagaimana agar pendidikan di Indonesia diarahkan untuk menanamkan nilai-nilai yang diinginkan AS.
Berkaitan dengan isu keamanan regional yang kedua, adalah masalah keamanan Selat Malaka. Selama ini terus diopinikan bahwa selat Malaka menjadi salah satu jalur pelayaran yang rawan perompakan. Keamanan selat Malaka langsung berkaitan erat dengan keamanan regional bahkan dunia. Karena keamanan selat Malaka itu berkaitan erat dengan keamanan pasokan minyak dan bahan baku lainnya. Maka kunjungan ini setidaknya akan digunakan Hillary untuk membuka pintu lebih lebar bagi kerjasama AS – Indonesia yang lebih dalam untuk mengontrol keamanan selat Malaka. Dengan begitu AS akan tetap bisa mengontrol dunia.
Jadi jelaslah bahwa kunjungan Menlu AS Hillary Clinton ke Indonesia akan lebih menguntungkan AS. Sementara itu meski diklaim besar, keuntungan bagi Indonesia sendiri akan kecil. Apalagi menurut Menlu Hassan Wirajuda, pemerintah Indonesia sendiri sampai awal Februari belum menentukan agenda khusus yang akan dibicarakan. Sementara Menlu AS Hillary jelas datang dengan persiapan penuh untuk menggolkan agenda kunjungannya.
Berkenaan dengan hal di atas, Hizbut Tahrir Indonesia menyatakan
1. Bahwa kunjungan Menlu AS Hillary Clinton ke Indonesia pada tanggal 18-19 Pebruari ini tidak lain adalah untuk lebih menguatkan hegemoni AS di kawasan Asia Timur dan Asia Tenggara, khususnya Indonesia. AS adalah negara imperialis yang dengan segala cara akan terus berusaha melanggengkan dominasinya di seluruh penjuru dunia, termasuk di Indonesia, demi meraih kepentingan politik dan ekonominya. Penjajahan semacam itu akan terus dilakukan dengan teknik yang berubah-ubah. Bila sebelumnya dengan “hard power”, sekarang di masa pemerintahan presiden Obama dibahasakan dengan istilah “smart power”, yakni melalui cara-cara diplomasi, tekanan politik dan cara-cara lain yang dikatakan ”smart” itu. Apalagi secara pribadi meski Hillary Clinton berasal dari partai Demokrat, dia adalah termasuk pendukung agresi AS ke Irak. Artinya secara moral dia termasuk figur yang harus bertanggung jawab terhadap kehancuran Irak. Dia juga mendukung fanatik Israel, dengan tingkat dukungan yang lebih besar daripada Presiden Obama sekalipun.
2. Oleh karena itu, kunjungan Menlu AS Hillary Clinton harus ditolak karena kunjungan ini akan menjadi jalan makin kokohnya hegemoni AS atas negeri ini. Membiarkan hal ini terjadi, apalagi memberikan kesempatan kepadanya jelas bertentangan dengan peringatan Allah SWT dalam al Qur’an dan karenanya merupakan bentuk penghianatan yang sangat nyata terhadap Allah SWT, Rasul dan umat Islam.
وَلَنْ يَجْعَلَ اللَّهُ لِلْكَافِرِينَ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ سَبِيلًا
Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman. (QS. an-Nisâ [4]: 141)
3. Menyerukan kepada umat Islam di Indonesia, khususnya para tokoh umat, untuk bersama—sama menolak setiap bentuk langkah atau kegiatan baik yang datang dari dalam maupun dari luar negeri, seperti tampak dalam kunjungan Menlu AS Hillary Clinton, yang akan membawa negeri ini makin dalam terjerumus kedalam pelukan negara imperialis seperti Amerika Serikat karena ini bertentangan dengan prinsip penolakan terhadap segala bentuk penjajahan dan perjuangan menuju Indonesia yang merdeka secara hakiki.
Jurubicara Hizbut Tahrir Indonesia
Muhammad Ismail Yusanto
Hp: 0811119796 Email: Ismaily@telkom.net
Gedung Dakwah Hizbut Tahrir Indonesia
Crowne Palace A25, Jl. Prof. Soepomo Nomer 24, Jakarta Selatan 12790
Telp / Fax : (62-21) 8353253 Fax. (62-21) 8353254
Email : info@hizbut-tahrir.or.id Website : www.hizbut-tahrir.or.id
0 komentar:
Posting Komentar